Ini tiga Kesalahan Umum Netizen Ketika Bikin Password
Rabu, 19 April 2017
Ini tiga Kesalahan Umum Netizen Ketika Bikin Password
Jakarta, Selular.ID – Pengguna internet di semua dunia ditengarai masih tidak sedikit yang belum tahu bagaimana memakai passwords secara efektif guna melindungi diri mereka sendiri dalam waktu online.
Kaspersky Lab pada laporan terbarunya memberitahuakn bahwa banyak pengguna yg menempatkan keamanan online mereka dalam posisi berisiko menggunakan cara membuat password yang buruk serta kesalahan mempunyai password ‘sederhana’ yang menimbulkan konsekuensi lebih jelek.
Dalam penelitian ini Kaspersky Lab menemukan 3 kesalahan umum menurut password yang mengakibatkan keamanan sejumlah besar pengguna internet berisiko:
1. Pengguna memakai password yang sama buat beberapa akun, ini berarti apabila password tersebut bocor, maka akun lainnya bisa diretas.
2. Pengguna menggunakan password yg lemah sehingga gampang buat diretas.
3. Pengguna menyimpan password mereka secara tidak aman, sebagai akibatnya menyia-nyiakan pentingnya mempunyai password bahkan yg kuat sekalipun.
“Mengingat begitu banyaknya liputan eksklusif dan sensitif yg kita simpan secara online waktu ini, maka pengguna harus mengambil langkah keamanan yg lebih baik lagi, berupa perlindungan password yang efektif, buat melindungi diri mereka. Ini sebenarnya relatif kentara, namun sayangnya tidak sedikit pengguna yg nggak menyadari bahwa mereka selalu jatuh ke pada perangkap pembuatan manajemen password ‘sederhana’ yang salah ,” kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab.
Kesalahan-kesalahan ini, lanjut Andrei Mochola, pada gilirannya, misalnya meninggalkan pintu depan menuju e-mail, rekening bank, file pribadi & lainnya terbuka lebar bagi penjahat siber.
Penelitian menampakan sejumlah akbar pengguna (hampir satu dari lima – 18%) menghadapi upaya peretasan akun tetapi hanya sedikit yg menerapkan keamanan berupa password yg efektif dan cyber-savvy. Sebagai contoh, hanya sepertiga (30%) pengguna internet membuat password benar-sahih baru untuk akun online yg tidak sinkron & relatif mengkhawatirkan pula satu berdasarkan 10 pengguna masih memakai password yg sama buat semua akun online mereka. Jika password tersebut diretas, maka mereka berisiko setiap akun lain miliknya akan diretas dan dieksploitasi.
Pengguna bahkan nggak membentuk password yg relatif kuat sebagai akibatnya dapat melindungi mereka dari peretasan & pemerasan. Hanya setengah (47%) memakai kombinasi alfabet besar & huruf mini di password mereka & hanya 2 berdasarkan 3 (64%) memakai campuran huruf dan angka. Ini terlepas menurut fakta bahwa pengguna menyadari betul bahwa perbankan online (51%), e-mail (39%) dan akun belanja online (37%) mereka memang membutuhkan password yg bertenaga.
Penelitian ini juga menerangkan bahwa pengguna ‘menganiaya’ password mereka – menggunakan membagikannya kepada orang lain dan memakai metode nggak aman buat mengingatnya. Hampir sepertiga (28%) membuatkan password menggunakan anggota keluarga terdekat, & satu berdasarkan sepuluh (11%) berbagi password dengan teman-teman mereka, sebagai akibatnya memungkinkan secara tidak sengaja password bocor. Dari lima pengguna terdapat lebih berdasarkan satu (22%) yang mengaku menulis password mereka di notepad buat membantu mengingatnya. Bahkan jika password tadi bertenaga, konduite ini menciptakan pengguna rentan karena orang lain bisa melihat dan menggunakannya.
Lebih jauh Mochola mengungkapkan internet mampu dikatakan telah cukup usang berada beserta kita, tetapi pengguna masih saja menciptakan kesalahan sepele saat berbicara tentang password buat akun online.
“Password terbaik nggak sanggup ditemukan dalam kamus. Mereka panjang, menggunakan huruf besar dan alfabet mini , nomor & tanda baca. Tetapi, dengan banyaknya akun online yg dimiliki sang pengguna saat ini, maka bukanlah dilema yg mudah buat mengingat password yg aman untuk seluruh akun. Dengan memakai solusi manajemen password bisa membantu pengguna mengingat dan membentuk password yang kuat buat meminimalkan risiko peretasan akun online,” tutupnya.
Jakarta, Selular.ID – Pengguna internet di semua dunia ditengarai masih tidak sedikit yang belum tahu bagaimana memakai passwords secara efektif guna melindungi diri mereka sendiri dalam waktu online.
Kaspersky Lab pada laporan terbarunya memberitahuakn bahwa banyak pengguna yg menempatkan keamanan online mereka dalam posisi berisiko menggunakan cara membuat password yang buruk serta kesalahan mempunyai password ‘sederhana’ yang menimbulkan konsekuensi lebih jelek.
Dalam penelitian ini Kaspersky Lab menemukan 3 kesalahan umum menurut password yang mengakibatkan keamanan sejumlah besar pengguna internet berisiko:
1. Pengguna memakai password yang sama buat beberapa akun, ini berarti apabila password tersebut bocor, maka akun lainnya bisa diretas.
2. Pengguna menggunakan password yg lemah sehingga gampang buat diretas.
3. Pengguna menyimpan password mereka secara tidak aman, sebagai akibatnya menyia-nyiakan pentingnya mempunyai password bahkan yg kuat sekalipun.
“Mengingat begitu banyaknya liputan eksklusif dan sensitif yg kita simpan secara online waktu ini, maka pengguna harus mengambil langkah keamanan yg lebih baik lagi, berupa perlindungan password yang efektif, buat melindungi diri mereka. Ini sebenarnya relatif kentara, namun sayangnya tidak sedikit pengguna yg nggak menyadari bahwa mereka selalu jatuh ke pada perangkap pembuatan manajemen password ‘sederhana’ yang salah ,” kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab.
Kesalahan-kesalahan ini, lanjut Andrei Mochola, pada gilirannya, misalnya meninggalkan pintu depan menuju e-mail, rekening bank, file pribadi & lainnya terbuka lebar bagi penjahat siber.
Penelitian menampakan sejumlah akbar pengguna (hampir satu dari lima – 18%) menghadapi upaya peretasan akun tetapi hanya sedikit yg menerapkan keamanan berupa password yg efektif dan cyber-savvy. Sebagai contoh, hanya sepertiga (30%) pengguna internet membuat password benar-sahih baru untuk akun online yg tidak sinkron & relatif mengkhawatirkan pula satu berdasarkan 10 pengguna masih memakai password yg sama buat semua akun online mereka. Jika password tersebut diretas, maka mereka berisiko setiap akun lain miliknya akan diretas dan dieksploitasi.
Pengguna bahkan nggak membentuk password yg relatif kuat sebagai akibatnya dapat melindungi mereka dari peretasan & pemerasan. Hanya setengah (47%) memakai kombinasi alfabet besar & huruf mini di password mereka & hanya 2 berdasarkan 3 (64%) memakai campuran huruf dan angka. Ini terlepas menurut fakta bahwa pengguna menyadari betul bahwa perbankan online (51%), e-mail (39%) dan akun belanja online (37%) mereka memang membutuhkan password yg bertenaga.
Penelitian ini juga menerangkan bahwa pengguna ‘menganiaya’ password mereka – menggunakan membagikannya kepada orang lain dan memakai metode nggak aman buat mengingatnya. Hampir sepertiga (28%) membuatkan password menggunakan anggota keluarga terdekat, & satu berdasarkan sepuluh (11%) berbagi password dengan teman-teman mereka, sebagai akibatnya memungkinkan secara tidak sengaja password bocor. Dari lima pengguna terdapat lebih berdasarkan satu (22%) yang mengaku menulis password mereka di notepad buat membantu mengingatnya. Bahkan jika password tadi bertenaga, konduite ini menciptakan pengguna rentan karena orang lain bisa melihat dan menggunakannya.
Lebih jauh Mochola mengungkapkan internet mampu dikatakan telah cukup usang berada beserta kita, tetapi pengguna masih saja menciptakan kesalahan sepele saat berbicara tentang password buat akun online.
“Password terbaik nggak sanggup ditemukan dalam kamus. Mereka panjang, menggunakan huruf besar dan alfabet mini , nomor & tanda baca. Tetapi, dengan banyaknya akun online yg dimiliki sang pengguna saat ini, maka bukanlah dilema yg mudah buat mengingat password yg aman untuk seluruh akun. Dengan memakai solusi manajemen password bisa membantu pengguna mengingat dan membentuk password yang kuat buat meminimalkan risiko peretasan akun online,” tutupnya.
HALAMAN SELANJUTNYA: