Di Sekolah Ini, Siswa Bisa Bayar Uang Sekolah dengan Sampah
Rabu, 19 April 2017
Di Sekolah Ini, Siswa Bisa Bayar Uang Sekolah dengan Sampah
Sejumlah murid di SMKN 6 Kota Malang, Jawa Timur waktu membawa sampah buat ditabung, Kamis (6/10/2016). Sejak tiga bulan kemudian, SMKN 6 Kota Malang menerapkan menabung melalui sampah bagi anak didik buat membayar keperluan sekolah
Sejumlah murid membawa sampah untuk ditabung pada sekolah, sedangkan uang hasil penjualan sampah itu mampu digunakan buat membayar keperluan sekolah.
Kepala SMKN 6 Kota Malang, Dwi Lestari mengungkapkan, kegiatan menabung menggunakan sampah itu dimulai semenjak tiga bulan lalu. Tujuannya supaya anak didik di sekolah tadi ikut andil membantu orang tuanya pada membayar keperluan sekolah.
“Ketika mereka kesulitan membayar keperluan sekolah. Mereka mampu membayar menggunakan tabungan itu,” istilah Dwi.
Dia mengungkapkan, dari 2.000 lebih siswa yang sekolah di SMKN 6, hanya 40 % siswa yg dari berdasarkan keluarga kalangan bisa. Sementara itu, 60 persen sisanya berasal dari famili yg masih kesulitan membayar uang sekolah, termasuk buat membayar SPP sebesar Rp 175.000 per bulan & keperluan sekolah lainnya.
Akibatnya, tidak sedikit anak didik yang kadang nunggak membayar keperluan sekolah. Dengan adanya kegiatan menabung dengan sampah ini, anak didik nggak lagi memberatkan orang tuanya buat membayar keperluan sekolah.
“Sementara yang kami imbau buat menabung menggunakan sampah hanya kelas satu, terutama bagi murid yg keluarganya kesulitan membayar uang sekolah,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, pihak sekolah jua mempunyai tujuan lain melalui aktivitas tersebut, yaitu menciptakan rasa kepedulian pada diri siswa, menciptakan karakter kewirausahaan & menciptakan budaya menabung. Tidak seluruh kertas yang mampu dibawa buat ditabung oleh siswa.
Pihak sekolah hanya memperbolehkan sampah plastik & kertas. Sampah-sampah itu ditimbang, lalu dihargai sinkron menggunakan jenis sampah yg dibawanya.
Dalam penjualannya, pihak sekolah bekerja sama menggunakan Bank Sampah Malang (BSM). Setiap minggu, sampah output tabungan murid di angkut buat dijual. Rata-rata, sampah output tabungan anak didik itu mencapai lima kuintal per minggu.
Harga yg dipatok ke anak didik mulai berdasarkan Rp 1.500 hingga Rp tiga.000 per kilogram, sedangkan buat sampah kertas mulai menurut Rp 1.800 sampai Rp dua.500 per kilogram. Harga tersebut selisih lebih rendah Rp 200 dibanding dengan harga yg dipatok di BSM.
Pasalnya, pihak sekolah butuh porto buat mengangkut dan memilah sampah-sampah output tabungan anak didik tersebut.
Koordinator Penimbangan & Pemilahan yang jua Staff Administrasi SMKN 6 Kota Malang, Nurul Fitriyah berkata, umumnya murid-anak didik itu sehabis datang pada sekolah pribadi menaruh sampah yg dibawanya ditempah yg sudah disediakan.
Masing-masing siswa memberikan nama pada kantong sampah tadi. Kemudian pihak sekolah yang bertugas menimbang sampah yg dibawa anak didik itu & hasilnya dicatat di kitab tabungan milik anak didik.
“Jadi tidak mengganggu terhadap pelajaran murid,” ungkapnya.
Dewi Silfiyawannur, siswa kelas 10 pada Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak mengaku terbantu dengan kegiatan menabung melalui sampah ini. Menurut beliau, aktivitas tadi bisa membantu orang tuanya membayar uang keperluan sekolah.
“Menurut saya mampu lebih mengurangi beban orang tua buat membeli alat-alat sekolah,” katanya.
Selama 3 bulan, Dewi telah berhasil menabung 5 kilogram sampah. Sampah-sampah itu beliau bawa berdasarkan rumah atau menurut mengumpulkan sampah di sekolah. Hal yang sama disampaikan oleh Destrian Farel Andrianto, anak didik kelas 10 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Dia mengaku, kegiatan tadi bisa mengurangi tumpukan sampah pada rumahnya.
“Lumayan lah, sampah pada rumah mampu dijual kesini,” tuturnya.
Sejumlah murid di SMKN 6 Kota Malang, Jawa Timur waktu membawa sampah buat ditabung, Kamis (6/10/2016). Sejak tiga bulan kemudian, SMKN 6 Kota Malang menerapkan menabung melalui sampah bagi anak didik buat membayar keperluan sekolah
Sejumlah murid membawa sampah untuk ditabung pada sekolah, sedangkan uang hasil penjualan sampah itu mampu digunakan buat membayar keperluan sekolah.
Kepala SMKN 6 Kota Malang, Dwi Lestari mengungkapkan, kegiatan menabung menggunakan sampah itu dimulai semenjak tiga bulan lalu. Tujuannya supaya anak didik di sekolah tadi ikut andil membantu orang tuanya pada membayar keperluan sekolah.
“Ketika mereka kesulitan membayar keperluan sekolah. Mereka mampu membayar menggunakan tabungan itu,” istilah Dwi.
Dia mengungkapkan, dari 2.000 lebih siswa yang sekolah di SMKN 6, hanya 40 % siswa yg dari berdasarkan keluarga kalangan bisa. Sementara itu, 60 persen sisanya berasal dari famili yg masih kesulitan membayar uang sekolah, termasuk buat membayar SPP sebesar Rp 175.000 per bulan & keperluan sekolah lainnya.
Akibatnya, tidak sedikit anak didik yang kadang nunggak membayar keperluan sekolah. Dengan adanya kegiatan menabung dengan sampah ini, anak didik nggak lagi memberatkan orang tuanya buat membayar keperluan sekolah.
“Sementara yang kami imbau buat menabung menggunakan sampah hanya kelas satu, terutama bagi murid yg keluarganya kesulitan membayar uang sekolah,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, pihak sekolah jua mempunyai tujuan lain melalui aktivitas tersebut, yaitu menciptakan rasa kepedulian pada diri siswa, menciptakan karakter kewirausahaan & menciptakan budaya menabung. Tidak seluruh kertas yang mampu dibawa buat ditabung oleh siswa.
Pihak sekolah hanya memperbolehkan sampah plastik & kertas. Sampah-sampah itu ditimbang, lalu dihargai sinkron menggunakan jenis sampah yg dibawanya.
Dalam penjualannya, pihak sekolah bekerja sama menggunakan Bank Sampah Malang (BSM). Setiap minggu, sampah output tabungan murid di angkut buat dijual. Rata-rata, sampah output tabungan anak didik itu mencapai lima kuintal per minggu.
Harga yg dipatok ke anak didik mulai berdasarkan Rp 1.500 hingga Rp tiga.000 per kilogram, sedangkan buat sampah kertas mulai menurut Rp 1.800 sampai Rp dua.500 per kilogram. Harga tersebut selisih lebih rendah Rp 200 dibanding dengan harga yg dipatok di BSM.
Pasalnya, pihak sekolah butuh porto buat mengangkut dan memilah sampah-sampah output tabungan anak didik tersebut.
Koordinator Penimbangan & Pemilahan yang jua Staff Administrasi SMKN 6 Kota Malang, Nurul Fitriyah berkata, umumnya murid-anak didik itu sehabis datang pada sekolah pribadi menaruh sampah yg dibawanya ditempah yg sudah disediakan.
Masing-masing siswa memberikan nama pada kantong sampah tadi. Kemudian pihak sekolah yang bertugas menimbang sampah yg dibawa anak didik itu & hasilnya dicatat di kitab tabungan milik anak didik.
“Jadi tidak mengganggu terhadap pelajaran murid,” ungkapnya.
Dewi Silfiyawannur, siswa kelas 10 pada Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak mengaku terbantu dengan kegiatan menabung melalui sampah ini. Menurut beliau, aktivitas tadi bisa membantu orang tuanya membayar uang keperluan sekolah.
“Menurut saya mampu lebih mengurangi beban orang tua buat membeli alat-alat sekolah,” katanya.
Selama 3 bulan, Dewi telah berhasil menabung 5 kilogram sampah. Sampah-sampah itu beliau bawa berdasarkan rumah atau menurut mengumpulkan sampah di sekolah. Hal yang sama disampaikan oleh Destrian Farel Andrianto, anak didik kelas 10 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Dia mengaku, kegiatan tadi bisa mengurangi tumpukan sampah pada rumahnya.
“Lumayan lah, sampah pada rumah mampu dijual kesini,” tuturnya.
HALAMAN SELANJUTNYA: