Cerita Meninggalnya Alm. Bapakku di Jembatan Bangkir - Bendungan Karet Cimanuk Indramayu
Selasa, 04 November 2014
Assalamualaikum, wr. wb. selamat siang menjelang sore sob. Update status blog saya kali ini mengenai kilas balik sejarah meninggalnya Alm. Bapakku. Sebenarnya ceritaku ini tidak mau saya ekspos. Tetapi dengan pertimbangan dan suatu hal saya memberanikan diri untuk mengangkat sisi lain kehidupanku semasa kecil yang sudah ditinggal alm. Bapakku.
Pagi hari sekitar jam 7.33 pagi Waktu Indonesia Bagian Ujungaris saya bersama istri bergegas berangkat ke Indramayu menuju ke kontrakannya Bang Murad. Yang saya lakukan disana adalah membersihkan rumput liar yang sudah mulai meninggi. Ini rumput liar ya... (bukan rumput tetangga, wkwkwk). Sampai di tempat tujuan sekitar jam 8.40, karena emang jalannya juga gak ngebut dan sambil refreshing liat pemandangan di kanan kiri jalan. Sebelum ini ane pernah update status ngeblog ane mengenai Kata-Kata Bijak Om Gus Bud
Selesai membersihkan rumput sekitar jam 12 siang lebih dikit. Saya pun bersama Istri bergegas dan berkemas merapikan sabit dan perlengkapan lainnya. Ketika sampai di pasar Bangkir, kondisi jalan agak mulai merayap. Maklum, pasar Bangkir kondisi jalannya tidak bagus. Sembari menanti antrian mobil truk didepan saya teringat dengan mendiang Bapak saya. Kata Emak, Bapakku meninggal di Jembatan Bangkir.
Melewati jembatan Bangkir dari arah timur menuju ke arah barat, tidak lupa seperti sudah menjadi kebiasaan saya ketika melintas di Jembatan Bangkir ini didalam hati selalu mengucapkan salam "Assalamualaikum,..." Entahlah, apa maksud dan makna salam saya ini. Saya sepertinya lega saja kalau mengucapkan salam ketika melintas di Jembatan ini. "Saya selalu teringat Almarhum Bapak kalau melintas di Jembatan ini" Ucapku berbincang dengan Istriku sambil menghentikan kendaraan Mio kesayanganku berteduh di sisi samping sebelah barat jembatan.
Ketika itu, banyak temen-temen sesama pekerja mengingatkan kalau hari ini Jum'at dan sebentar lagi tiba saatnya shalat Jum'atan. Namun, bapakku sepertinya merasa sebentar lagi sajalah, tanggung menyelesaikan pekerjaan mengelas salah satu komponen besi yang belum di las.
Nah menurut cerita dari mulut kemulut, tangga yang bagian atas tidak diikatkan ke jembatan Bangkir. Sedangkan bapakku juga membawa beban berat alat-alat las dan lainnya. Entah karena kelalaian manusia atau ada unsur kesengajaan, entah kenapa bapakku akhirnya tertarik kebelakang mungkin karena hembusan angin yang cukup kencang atau apalah, dan akhirnya beliau tertarik kebelakang dan tercebur ke Kali Cimanuk yang kondisinya cukup dalam. Pada saat terjatuh ini sepertinya menurut pengamatan saya dari cerita mulut ke mulut tersebut bapakku posisinya pasti tertindih oleh tangga yang cukup panjang dan berat. Sedangkan ketika itu kondisi badan beliau sedang diikat atau dikaitkan ke tangga tersebut.
Ketika didalam air, siapapun itu dalam keadaan panik dan stress tinggi pasti otak yang biasanya berpikir jernih akan kalap dan kelabakan untuk mencari jalan keluar bagaimana caranya agar bisa lepas dari kaitan tali safety work ini. Kejadian ini menggegerkan seisi Instansi Dinas Cimanuk Hilir. Semua daya dan upaya dikerahkan untuk mencari dan menelusuri tenggelamnya bapakku di Jembatan Bangkir ini.
Namun nasi sudah menjadi bubur, Siang sudah berubah menjadi malam semuanya sudah menjadi takdir Illahi, bapakku yang hebat dan pintar dalam segala hal terbujur kaku dan pulang dengan kondisi tak bernyawa.
Sontak kejadian ini membuat Emakku menjadi kaget dan menangis haru. Keluarga kami pun bersedih atas hilangnya orang yang kami cintai, orang yang sangat bersahaja, pintar dalam bergaul dan banyak sekali kebanggaan-kebangganan beliau yang sempat menjadi buah bibir masyarakat.
Syukurlah, Bapakku meninggal dalam keadaan membawa nama baik, dalam keadaan khusnul khotimah, meninggalkan kenangan-kenangan manis dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kami. Seringkali ketika saya bertemu dengan tetangga yang sangat paham betul dengan bapakku mengatakan, "seandainya Bapakmu masih hidup nak, nasib kamu gak akan begini", "Bapakmu dulu pintar sekali, segala mesin motor, mobil yang saat itu belum banyak ahli montir, bapakmu sudah bisa membetulkannya. Kenapa kamu ga pintar seperti bapakmu yang pandai otomotif ?".....Hihihihi saya cuma nyengir kuda saja kalau ada yang ngomong kayak gitu.
Saya cuma bergumam bangga di dalam hati, Terimakasih Ya Allah ternyata masih banyak tetangga dan teman beliau yang masih mengenang jasa beliau. Mudah-mudah dan itu pasti, saya yakin Allah akan memberinya pahala yang setimpal dan mengampuni segala khilaf dan kesalahan beliau. Saya yakin, bapakku yang saya banggakan sedang melihat dan membaca tulisan saya ini.
Hmmmm... udah hampir jam 3 sore, badan masih capek abis ngarit rumput dan saatnya sholat ashar bagi kaum muslim yang melaksanakannya. Oya sob, sebelum ane sudahi status saya ini ane mohon minta do'akan buat bapakku tercinta. Nama Beliau Andi Yusuf Saputra Bin Suja Sutisna. Semoga beliau diberikan kenikmatan di alam kubur dan diampunkan dosa dan segala kesalahannya. Terimakasih sahabatku yang baik hatinya yang sudi mendoakan Bapakku ini dan semoga Gusti Allah juga membalas segala kebaikan dan amal saleh teman-teman yang sudah mendoakan bapakku. Terimakasih viva Komunitas Blogger X Cimanuk Indramayu.
Seperti biasa, Like this yooo... Makasih matur tengkyu dan salam hormat buat kalian semua. Baca juga status ngebloga saya yang lain, Mengenang Mendiang Tetanggaku - Selamat Jalan dan Semoga Allah Memberkati Beliau
Pagi hari sekitar jam 7.33 pagi Waktu Indonesia Bagian Ujungaris saya bersama istri bergegas berangkat ke Indramayu menuju ke kontrakannya Bang Murad. Yang saya lakukan disana adalah membersihkan rumput liar yang sudah mulai meninggi. Ini rumput liar ya... (bukan rumput tetangga, wkwkwk). Sampai di tempat tujuan sekitar jam 8.40, karena emang jalannya juga gak ngebut dan sambil refreshing liat pemandangan di kanan kiri jalan. Sebelum ini ane pernah update status ngeblog ane mengenai Kata-Kata Bijak Om Gus Bud
Selesai membersihkan rumput sekitar jam 12 siang lebih dikit. Saya pun bersama Istri bergegas dan berkemas merapikan sabit dan perlengkapan lainnya. Ketika sampai di pasar Bangkir, kondisi jalan agak mulai merayap. Maklum, pasar Bangkir kondisi jalannya tidak bagus. Sembari menanti antrian mobil truk didepan saya teringat dengan mendiang Bapak saya. Kata Emak, Bapakku meninggal di Jembatan Bangkir.
Jembatan Bangkir Indramayu |
Melewati jembatan Bangkir dari arah timur menuju ke arah barat, tidak lupa seperti sudah menjadi kebiasaan saya ketika melintas di Jembatan Bangkir ini didalam hati selalu mengucapkan salam "Assalamualaikum,..." Entahlah, apa maksud dan makna salam saya ini. Saya sepertinya lega saja kalau mengucapkan salam ketika melintas di Jembatan ini. "Saya selalu teringat Almarhum Bapak kalau melintas di Jembatan ini" Ucapku berbincang dengan Istriku sambil menghentikan kendaraan Mio kesayanganku berteduh di sisi samping sebelah barat jembatan.
"Tunggu saya mau mengabadikan momen Jembatan Bangkir yang sudah merenggut nyawa bapakku", pintaku kepada Istri.
Sejarah Meninggalnya Bapakku Tercinta di Jembatan Bangkir Indramayu
Menurut penuturan Emakku, Bapak meninggal di Jembatan Bangkir ketika saya berumur sekitar 2 tahun. Ketika itu saya sedang lucu-lucunya. Kehidupan keluargaku juga tidak seperti sekarang. Beliau meninggal ketika sedang membangun jembatan Bangkir ya sekitar tahun 84 atau 85 lah. Kata Emak, kronologis kejadiannya waktu itu adalah siang hari, pas hari itu hari Jum'at.Ketika itu, banyak temen-temen sesama pekerja mengingatkan kalau hari ini Jum'at dan sebentar lagi tiba saatnya shalat Jum'atan. Namun, bapakku sepertinya merasa sebentar lagi sajalah, tanggung menyelesaikan pekerjaan mengelas salah satu komponen besi yang belum di las.
Lalainya Safety Work Akibatkan Kematian
Ini yang menjadi masih misteri, pada saat menyambung komponen besi dengan cara mengelas tersebut, safety work sudah disiagakan seperti tali keamanan, kacamata las, dan lainnya. Beliau ketika itu menaiki tangga yang di sambungkan atau diikaitkan kebadannya dan tangga tersebut dijulurkan langsung ke Kali Cimanuk (Wooow tangganya panjang banget yah... Secara, kali Cimanuk kan dalem gitu ).Foto Kali Cimanuk Indramayu, Bendungan Karet Bangkir Indramayu |
Nah menurut cerita dari mulut kemulut, tangga yang bagian atas tidak diikatkan ke jembatan Bangkir. Sedangkan bapakku juga membawa beban berat alat-alat las dan lainnya. Entah karena kelalaian manusia atau ada unsur kesengajaan, entah kenapa bapakku akhirnya tertarik kebelakang mungkin karena hembusan angin yang cukup kencang atau apalah, dan akhirnya beliau tertarik kebelakang dan tercebur ke Kali Cimanuk yang kondisinya cukup dalam. Pada saat terjatuh ini sepertinya menurut pengamatan saya dari cerita mulut ke mulut tersebut bapakku posisinya pasti tertindih oleh tangga yang cukup panjang dan berat. Sedangkan ketika itu kondisi badan beliau sedang diikat atau dikaitkan ke tangga tersebut.
Ketika didalam air, siapapun itu dalam keadaan panik dan stress tinggi pasti otak yang biasanya berpikir jernih akan kalap dan kelabakan untuk mencari jalan keluar bagaimana caranya agar bisa lepas dari kaitan tali safety work ini. Kejadian ini menggegerkan seisi Instansi Dinas Cimanuk Hilir. Semua daya dan upaya dikerahkan untuk mencari dan menelusuri tenggelamnya bapakku di Jembatan Bangkir ini.
Namun nasi sudah menjadi bubur, Siang sudah berubah menjadi malam semuanya sudah menjadi takdir Illahi, bapakku yang hebat dan pintar dalam segala hal terbujur kaku dan pulang dengan kondisi tak bernyawa.
Sontak kejadian ini membuat Emakku menjadi kaget dan menangis haru. Keluarga kami pun bersedih atas hilangnya orang yang kami cintai, orang yang sangat bersahaja, pintar dalam bergaul dan banyak sekali kebanggaan-kebangganan beliau yang sempat menjadi buah bibir masyarakat.
Syukurlah, Bapakku meninggal dalam keadaan membawa nama baik, dalam keadaan khusnul khotimah, meninggalkan kenangan-kenangan manis dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kami. Seringkali ketika saya bertemu dengan tetangga yang sangat paham betul dengan bapakku mengatakan, "seandainya Bapakmu masih hidup nak, nasib kamu gak akan begini", "Bapakmu dulu pintar sekali, segala mesin motor, mobil yang saat itu belum banyak ahli montir, bapakmu sudah bisa membetulkannya. Kenapa kamu ga pintar seperti bapakmu yang pandai otomotif ?".....Hihihihi saya cuma nyengir kuda saja kalau ada yang ngomong kayak gitu.
Saya cuma bergumam bangga di dalam hati, Terimakasih Ya Allah ternyata masih banyak tetangga dan teman beliau yang masih mengenang jasa beliau. Mudah-mudah dan itu pasti, saya yakin Allah akan memberinya pahala yang setimpal dan mengampuni segala khilaf dan kesalahan beliau. Saya yakin, bapakku yang saya banggakan sedang melihat dan membaca tulisan saya ini.
"Allhummaghfirlahu, warhamhu, wa'afiihi wa'fu anhu" doaku untuk bapakku tercinta.
Hmmmm... udah hampir jam 3 sore, badan masih capek abis ngarit rumput dan saatnya sholat ashar bagi kaum muslim yang melaksanakannya. Oya sob, sebelum ane sudahi status saya ini ane mohon minta do'akan buat bapakku tercinta. Nama Beliau Andi Yusuf Saputra Bin Suja Sutisna. Semoga beliau diberikan kenikmatan di alam kubur dan diampunkan dosa dan segala kesalahannya. Terimakasih sahabatku yang baik hatinya yang sudi mendoakan Bapakku ini dan semoga Gusti Allah juga membalas segala kebaikan dan amal saleh teman-teman yang sudah mendoakan bapakku. Terimakasih viva Komunitas Blogger X Cimanuk Indramayu.
Seperti biasa, Like this yooo... Makasih matur tengkyu dan salam hormat buat kalian semua. Baca juga status ngebloga saya yang lain, Mengenang Mendiang Tetanggaku - Selamat Jalan dan Semoga Allah Memberkati Beliau
HALAMAN SELANJUTNYA: